Cerita Pemulung Terkena Dampak Corona, Masak 3 Bungkus Mi Instan Untuk 7 Orang


Pandemi Corona ataupun Covid- 19 berakibat luas untuk warga Indonesia.

Terlebih untuk orang- orang yang mengais rezeki setiap hari buat menyambung hidup.

Midah( 28) seseorang pemulung di KotaDepok, Jawa Barat, merasakan akibatnya.

Bunda 5 orang anak ini telah jadi pemulung semenjak 2009.

Umumnya, tiap hari Midah mengantongi duit Rp 50. 000 dari hasilnya memulung benda sisa.

" Jika saat ini Rp 10. 000 saja tidak hingga, telah sebulan ini tidak bisa uang sebab toko banyak yang tutup, jadi benda( sisa) sulit," kata Midah kepada Warta Kota dikala ditemukan di pinggir Jalur Margonda Raya, Beji, Depok, Rabu( 15/ 4/ 2020).

Musibah Covid- 19 menghancurkan pendapatannya yang berakibat untuk kehidupan dirinya, suami, serta 5 anaknya yang masih kecil- kecil.

Dengan pemasukan tidak hingga Rp 10. 000, Midah mengaku dirinya serta suami wajib pintar- pintar mencari metode supaya anak- anaknya dapat senantiasa makan.

" Sangat makan mi praktis, 3 bungkus mi buat 7 orang( 5 anak, dirinya serta suami). Jika aku serta suami makannya menunggu kanak- kanak berakhir dahulu, menunggu sisa," katanya lirih.

Dikala berdiam dipinggir jalur itu, Midah bawa dan 5 orang anaknya dengan umur sangat besar 8 tahun, serta sangat kecil 7 bulan.

2 orang anaknya tercantum yang sangat kecil, diletakkannya di gerobak buat ditidurkan.

Sebaliknya 3 anaknya yang lain asyik bermain bersama di atas trotoar di pinggir jalur.

Sedangkan si suami terletak di rumah buat membereskan beberapa barang hasil memulungnya di hari tadinya.

Dengan merebaknya penyebaranCovid- 19, Midah mengaku tidak khawatir apabila dirinya maupun anaknya tertular walaupun tanpa memakai masker ataupun penutup wajah apapun.

" Ya, percaya saja. Jika di rumah doang kan tidak bisa uang, keluar khawatir sakit sebab corona, di rumah aja malah sakit sebab tidak dapat makan," ucapnya.

Berdiam di pinggir jalur juga, kata Midah bukan tanpa tujuan.

Tidak hanya istirahat sehabis berupaya mencari benda sisa.

Midah mengaku, dirinya pula berharap terdapatnya dermawan yang memberikan dorongan entah berbentuk apa saja terutama anaknya dapat makan.

" Kadangkala suka terdapat saja mobil melalui yang kasih santapan," katanya.

Walaupun mengaku tinggal di Kota Depokyang tidak jauh dari pinggir Jalur Margonda, tetapi Midah Mengaku sampai saat ini dirinya belum memperoleh dorongan dari Pemerintah Kota Depok.

" Belum terdapat( dorongan), aku tinggal di( permukiman) balik Margo," katanya.

Tidak hanya Midah, terdapat pula beberapa ibu- ibu yang duduk di atas trotoar di pinggir Jalur Margonda Raya ataupun tepatnya depan Pom bensin dari arahDepok mengarah Jakarta.

Perihal ini jadi suatu panorama alam baru di tengah Pandemi Covid- 19tepatnya dikala pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar( PSBB) mulai dicoba di Kota Depok.